Dari Sakral Menuju Profan: Pasang-Surut Kesenian Angklung Buncis di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1980-2010
Abstract
ABSTRAKSI: Penelitian ini menjelaskan perkembangan kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki peranan penting dalam upacara Seren Taun yang diadakan oleh masyarakat adat Paseban. Masalah utama yang dibahas adalah bagaimana perkembangan kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, pada tahun 1980-2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi historis dan budaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan berada dalam lingkup masyarakat adat Paseban dan lahir melalui ide kreatif sesepuh adat, yaitu Pangeran Djatikusumah. Terdapat perkembangan fungsi dalam kesenian tradisional Angklung Buncis, yakni dari fungsi sakral berubah menjadi hiburan dan profan. Perkembangan fungsi tersebut terjadi karena permalasahan yang terdapat dalam lingkup masyarakat adat Paseban dan tuntutan zaman. Selain itu, ada perubahan dalam aspek penampilan, lagu, jumlah pemain, dan laras dalam kesenian Angklung Buncis, dengan tujuan untuk mempertahankan keberlangsungan kesenian tradisional tersebut di tengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin maju.
KATA KUNCI: Angklung Buncis; Masyarakat Cigugur; Agama Djawa-Sunda; Upacara Seren Taun; Tradisi dan Globalisasi.
ABSTRACT: “From Sacral to Profan: Ups and Down of Angklung Buncis Art in Kuningan District, West Java, Year 1980-2010”. This study describes the development of Angklung Buncis Art in Cigugur Subdistrict, Kuningan District, West Java, Indonesia, which has an important role in “Seren Taun” ceremony which held by indigenous peoples of Paseban. The main issue discussed was how the Angklung Buncis Art can be develop in 1980-2010. The method used in this research is qualitative with historical study and cultural approaches. The results showed that the Angklung Buncis Art in Cigugur, Kuningan are within the scope of indigenous peoples of Paseban and born through creative ideas from Prince Djatikusumah. There are developments in the functions of the traditional arts of Angklung Buncis, namely from sacred function turned into entertainment and profan. The development of these functions occur because contained within the scope of indigenous peoples Paseban and globalization. In addition, there are changing in the aspects of appearance, song, number of players, and the barrel that aims to maintain the continuity of traditional art in the midst of the development of increasingly advanced technology.
KEY WORD: Angklung Buncis; Cigugur Community; Djawa-Sunda Religion; Ritual of Seren Taun; Tradition and Globalization.
About the Authors: Muhammad Adi Saputra adalah Guru Sejarah di SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri) 8 Tangerang, Banten, Indonesia. Rinaldo Adi Pratama adalah juga Guru Sejarah di SMKN (Sekolah Menengah Kejuruan Negeri) 7 Kabupaten Tangerang, Banten, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis dapat dihubungi dengan alamat e-mail: madisaputtra25@gmail.com dan rinaldoadi@outlook.com
Suggested Citation: Saputra, Muhammad Adi & Rinaldo Adi Pratama. (2018). “Dari Sakral Menuju Profan: Pasang-Surut Kesenian Angklung Buncis di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1980-2010” in MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, Volume 3(1), March, pp.59-72. Bandung, Indonesia: UPI [Indonesia University of Education] Press, ISSN 2527-3868 (print) and 2503-457X (online).
Article Timeline: Accepted (November 10, 2017); Revised (January 25, 2018); and Published (March 30, 2018).
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Alfan, M. (2013). Filsafat Kebudayaan. Bandung: Pustaka Setia.
Aziz, Fadhila Arifin. (2001). “Pemanfaatan Bambu dan Relevansinya dengan Nilai-nilai Budaya di Masa Lampau” dalam Mencermati Nilai Budaya Masa Lalu dalam Menatap Masa Depan. Jakarta: Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi.
Bastomi, Suwaji. (1998). Apresiasi Kesenian Tradisional. Semarang: IKIP [Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan] Semarang Press.
Buana, Tedja. (t.th.). Agama Jawa Sunda (Madraisme). Kuningan: Yayasan Tri Mulya.
Damono, Sapardi Djoko. (1997). “Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil” dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Jakarta: Penerbit Mizan.
Djatikusumah, Pangeran. (1979). Gedung Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur, Kuningan. Kuningan: Yayasan Tri Mulya.
Djatikusumah, Pangeran. (1995). Pemaparan Budaya Spiritual Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang. Cigugur: t.p. [tanpa penerbit].
Ekadjati, E.S. (2002). Sejarah Kuningan: Dari Masa Prasejarah hingga Terbentuknya Kabupaten. Jakarta: Penerbit Kiblat.
Ferdinandus, Pieter Eduard Johannes. (1999). “Alat-alat Musik Masa Jawa Kuna (Abad IX-XV Masehi): Sebuah Kajian mengenai Bentuk dan Fungsi Ansambel”. Disertasi Doktor Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
“Gerakan Pertunjukan Angklung Buncis dengan Panghayatan Tahun 2010” dalam Dokumentasi Paseban Tri Panca Tunggal, diperoleh penulis pada tanggal 10 November 2014.
“Gerakan Terlentang dalam Penampilan Kesenian Tradisional Angklung Buncis Tahun 2008”. Tersedia secara online di: http://4.bp.blogspot.com [diakses di Tangerang, Banten, Indonesia: 10 November 2014].
Gottschalk, Louis. (1988). Mengerti Sejarah. Jakarta: Penerbit UI [Universitas Indonesia] Press, terjemahan Nugroho Notosusanto.
Gumilar, N. (2013). Seren Taun: Pesona Budaya dan Refleksi Rohani Masyarakat Cigugur. Bogor: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
HAMKA [Haji Abdul Malik Karim Amrullah]. (1976). Perkembangan Kebatinan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.
Herdiani, Een. (2013). “Tari Batik Sekar Galuh: Upaya Pemberdayaan Masyarakat Paseban melalui Aktivitas Seni Budaya Lokal” dalam PANGGUNG: Jurnal Seni & Budaya, Vol.23, No.2 [Juni]. Tersedia secara online juga di: https://simlitmas.isbi.ac.id/e-jurnal/index.php/panggung/article/viewFile/98/98 [diakses di Tangerang, Banten, Indonesia: 9 Oktober 2017].
Herdini, H. et al. (2008). Mengungkap Nilai Tradisi pada Seni Pertunjukan Jawa Barat. Bandung: Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah, dan Nilai Tradisional, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat.
Hernawan, Wawan. (2005). “Komunikasi Antarumat Berbeda Agama: Studi Kasus Sikap Sosial dalam Keragaman Beragama di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat”. Disertasi Doktor Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNPAD [Universitas Padjadjaran].
Hisyam, M. (2004). “Agama Jawa-Sunda” dalam Ibnu Qoyim [ed]. Religi Lokal & Pandangan Hidup. Jakarta: LIPI [Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia] Press, hlm.137-173.
Indrawarhana, Ira. (2009). “Komunikasi Budaya Masyarakat Berbeda Keyakinan sebagai Peserta Upacara Adat Seren Taun di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat”. Tesis Maguster Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNPAD [Universitas Padjadjaran].
Indrawardana, Ira. et al. (2013). Cigugur: Miniatur Pluarlisme Indonesia. Bogor: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
Kasim, A. (1981). Ungkapan Beberapa Bentuk Kesenian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI [Republik Indonesia].
Kayam, Umar. (1981). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.
Kim, Uichol. (2001). “Culture, Science, and Indigenous Psychologies: An Integrated Analysis” in D. Matsumoto [ed]. Handbook of Culture and Psychology. Oxford: Oxford University Press.
Koentjaraningrat. (1958). Metode-metode Antropologi dalam Penjelidikan-penjelidikan Masjarakat dan Kebudajaan di Indonesia: Sebuah Ichtisar. Djakarta: Universitas Indonesia.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kroeber, A.L. & C. Kluckhohn. (1952). Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions. Cambridge, MA: Peabody Museum.
Kuntowijoyo. (1987). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Kurnia, Ganjar. (2003). Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat.
Kushendrawati, Selu Margaretha. (2012). “Komunitas Agama Djawa-Sunda: Sebuah Fenomena Religiositas Masyarakat di Kuningan, Jawa Barat”. Tersedia secara online di: https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/1819072011_29.pdf [diakses di Tangerang, Banten, Indonesia: 9 Oktober 2017].
Kusmayadi, Endar. (2000). Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lombard, Denys. (2000). Nusa Jawa, Silang Budaya: Batas-batas Pembaratan, Bagian I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Terjemahan.
MAKUS [Masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda]. (2008). Pemaparan Singkat Jejak Sejarah Komunitas ADS (Agama Djawa-Sunda) ke Komunitas AKUR (Adat Karuhun Urang) di Kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Cigugur: t.p. [tanpa penerbit].
Masunah, J. et al. (1999). Angklung Jawa Barat: Sebuah Perbandingan. Bandung: CV Andira.
Muhammad, Abdulkadir. (1987). IBD: Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Fajar Agung.
Murtopo, Ali. (1978). Strategi Kebudayaan. Jakarta: Yayasan Proklamasi.
Nurfatwa, Suryana. (2014). “Mengungkap Asal-Usul Agama Sunda Wiwitan”. Tersedia secara online di: http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2014/10/17/33436/mengungkap-asal-usul-agama-sunda-wiwitan [diakses di Tangerang, Banten, Indonesia: 9 Oktober 2017].
Nursananingrat, B. (1964). Purwawisada: Agama Djawa-Sunda. Bandung: Pastoral.
Nuryaman. (2017). “Mengenal Seren Taun: Ritual Tahunan Masyarakat Adat Sunda Wiwitan Cigugur”. Tersedia secara online di: http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2017/09/14/mengenal-seren-taun [diakses di Tangerang, banten, Indonesia: 9 Oktober 2017].
Pickering, M. [ed]. (2008). Research Methods for Cultural Studies. Eidenburgh: Eidenburgh University Press.
Putra, H.S. Ahimsa. (2013). “Budaya Bangsa, Jati Diri, dan Integrasi Nasional” dalam Jurnal Sejarah dan Nilai Budaya.
Rasjidi, H.M. (1977). Islam dan Kebatinan. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.
Rosyadi. (2012). “Angklung: Dari Angklung Tradisional ke Angklung Modern” dalam Patanjala, Vol.4, No.1 [Maret], hlm.25-38.
Rosidin, Didin Nurul. (2000). “Kebatinan, Islam, and the State: The Dissolution of Madrais in 1964”. Unpublished Ph.D. Tesis. Leiden: Faculties of Art and Theology, Leiden University.
Royyani, Mohammad Fathi. (2004). “Cigugur: Arena Kontestasi Keberagamaan”. Thesis Magister Tidak Diterbitkan. Depok: Program Studi Antropologi Pascasarjana FISIP UI [Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia].
Royyani, Mohammad Fathi. (2008). “Upacara Seren Taun di Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat: Tradisi sebagai Basis Pelestarian Lingkungan” dalam Jurnal Biologi Indonesia, 4(5), hlm.399-415. Tersedia secara online juga di: https://media.neliti.com/media/publications/78972-ID [diakses di Tangerang, Banten, Indonesia: 9 Oktober 2017].
Saidi, Anas. (2015). “Sepengertian Tanpa Sepengetahuan: Survival Strategy dan Makna Simbolik Transmisi Kelisanan (Kasus Agama Djawi-Sunda di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)”. Disertasi Doktor Tidak Diterbitkan. Depok: Program Studi Ilmu Susastra FIPB UI [Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia]. Tersedia secara online di: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20424838-D2093-Anas%20Saidi.pdf [diakses di Tangerang, Banten, Indonesia: 9 Oktober 2017].
Saputra, Muhammad Adi. (2015). “Perkembangan Kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Tahun 1980-2010”. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI [Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia].
Sawunggalih, M. (2012). “Menyusur Agama Djawa-Sunda dari Cigugur”. Tersedia secara online di: http://nusantaraislam.blogspot.com/2012/10/menyusur-agamadjawa-sunda-dari-Cigugur.html [diakses di Tangerang, Banten, Indonesia: 9 Oktober 2017].
Sedyawati, Edi. (2007). Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada.
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Soedarsono, R.M. (1986). Dampak Pariwisata terhadap Perkembangan Seni di Indonesia. Yogyakarta: ISI [Institut Seni Indonesia] Yogyakarta.
Soedarsono, R.M. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soedarsono, R.M. (2003). Seni Pertunjukan dari Perspektif Politik, Sosial, dan Ekonomi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Stake, R.E. (1995). The Art of Case Study Research. California: Sage Publications, Inc.
Subiantoro, Ignatius Herry. (2002). “Upacara Seren Taun: Sebuah Ritual Keagamaan di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat”. Tesis Magister Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM [Universitas Gadjah Mada].
Sutrisno, Mudji. (2005). Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tryana, T. (2011). “Pertunjukan Angklung Buncis dalam Acara Seren Taun di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan”. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan. Bandung: Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS [Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia].
Wawancara dengan Responden A, seorang Kundang (Pelatih Angklung Buncis), di Kuningan, Jawa Barat, Indonesia, pada tanggal 19 Oktober 2014.
Wawancara dengan Responden B, Pangeran Gumirat Barana Alam, sebagai Ketua Yayasan Tri Mulya dan Wakil Ketua Adat Kundang (Pelatih Angklung Buncis), di Kuningan, Jawa Barat, Indonesia, pada tanggal 20 Oktober 2014.
DOI: https://doi.org/10.2121/mp.v3i1.976
DOI (PDF): https://doi.org/10.2121/mp.v3i1.976.g874
Refbacks
- There are currently no refbacks.
MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License